Tak perlu ditakutkan jika ia datang dari luar. Tapi waspadalah jika iblis itu hidup di dalam rumahmu sendiri.
Film Dasim, rilisan horor lokal terbaru tahun 2025, menghadirkan sesuatu yang berbeda dari sekadar teror makhluk astral. Lebih dari sekadar jumpscare dan rumah tua, Dasim menyuguhkan kengerian yang tumbuh perlahan—dari dalam relasi, emosi, dan runtuhnya pondasi keluarga.
Mengambil inspirasi dari tokoh mistis dalam literatur Islam, yaitu setan Dasim, film ini memperkenalkan penonton pada bentuk horor baru: penghancuran rumah tangga dari dalam—bukan oleh manusia, tetapi oleh entitas halus yang memanfaatkan celah emosi dan kepercayaan.
Setan Bernama Retak
Kisah dimulai dengan sepasang suami istri muda, Rafi (Jourdy Pranata) dan Ayla (Mawar de Jongh), yang baru saja pindah ke rumah lama warisan keluarga Rafi di pinggiran kota. Sepintas, rumah itu tampak tenang dan asri. Namun sejak hari pertama, Ayla merasa ada yang tidak beres—dari suara-suara aneh, perubahan sikap Rafi, hingga rasa dingin yang tak bisa dijelaskan.
Hubungan mereka yang awalnya romantis berubah perlahan menjadi renggang. Rafi mulai bersikap dingin, mudah tersulut emosi, dan sering menghindar. Di sisi lain, Ayla merasa semakin terasing di rumahnya sendiri, bahkan mulai melihat bayangan sosok hitam bermata merah yang muncul di cermin dan jendela.
Ketika konflik semakin memburuk, Ayla mencoba mencari bantuan spiritual dan bertemu dengan Ustaz Khalid (Donny Damara), yang menyadari bahwa rumah mereka dihuni oleh Dasim, salah satu dari lima setan penggoda manusia yang secara khusus bertugas menghancurkan keharmonisan rumah tangga.
Ternyata, Dasim tidak hanya hadir karena rumah itu angker. Ia tumbuh dan menguat dari emosi negatif di antara suami istri: amarah yang dipendam, luka yang tidak disembuhkan, dan kata-kata yang tak pernah diucapkan.
Ketegangan mencapai puncaknya saat Rafi mengalami kerasukan dan nyaris membunuh Ayla di tengah malam. Mereka harus memilih: bertahan bersama melawan makhluk tak terlihat itu, atau membiarkan Dasim menang dan menghancurkan segalanya.
Makna Di Balik Horor
Dasim bukan horor biasa. Film ini mengeksplorasi tema psikologis dan spiritual dengan cerdas. Ia menunjukkan bahwa kehancuran rumah tangga tak selalu karena orang ketiga atau ekonomi—kadang, ada kekuatan tak kasatmata yang bermain di celah kealpaan dan kelelahan emosional manusia.
Setan dalam film ini bukan monster yang mengaum, tetapi simbol dari ketidakjujuran, kebencian, dan keputusasaan. Dasim menjadi metafora dari racun rumah tangga yang merayap perlahan dan menghancurkan dari dalam.
Performa Akting dan Atmosfer
Mawar de Jongh tampil memukau sebagai Ayla, dengan ekspresi emosional yang kuat dan ketakutan yang terasa nyata. Penonton bisa merasakan isolasi dan keputusasaannya seiring waktu. Jourdy Pranata menampilkan transisi psikologis yang meyakinkan—dari suami penyayang menjadi pria temperamental yang kerasukan amarah.
Sinematografi film ini menonjol dengan pencahayaan remang, sudut kamera sempit, dan permainan bayangan yang menegangkan. Musik latar minimalis namun menghantui, mendukung suasana tak nyaman yang terus menekan sejak awal film.
Kesimpulan: Horor yang Menyentuh Ranah Rumah
Dasim adalah film horor yang tidak hanya menakuti, tapi juga menggugah. Ia menantang penonton untuk melihat lebih dalam: apakah gangguan dalam rumah kita benar-benar datang dari luar? Atau justru dari dalam—dari rasa lelah yang tak ditangani, dari luka batin yang dipendam, dari doa yang tak lagi dibaca?
Dengan penyutradaraan solid, akting kuat, dan tema spiritual yang jarang diangkat dalam sinema horor lokal, Dasim menjadi salah satu film horor Indonesia yang pantas disaksikan—baik oleh pencinta genre maupun mereka yang ingin memahami lebih dalam tentang pentingnya menjaga keharmonisan rumah.

Comments
Post a Comment